Setiap paspor pasti punya kisahnya sendiri. Dibalik terwujudkannya buku dokumen hijau ini tergantung dari motivasi dan tujuan dari pemiliknya masing-masing. Ada yang karena naik haji, dapat beasiswa ke luar negeri, liburan, dinas keluar, dll.
Si Hijau ku juga punya kisahnya sendiri. Di awali dari sebuah percakapan senggang saat jam istirahat di kantor tempat kita magang.



Terlalu banyak rencana memang kadang nggak bagus, karena susah terealisasi. Tau kenapa? Rencana selalu di awali dengan kata “kapan-kapan kita..”, yah kalau udah kayak gini susah deh ya. Beda sama kalimat,

“Tahun sekian kita pasti akan ke sini, aamiin.”

Lalu diikuti dengan usaha maksimal. Kemudian, atas ijin-Nya insya Allah terkabul.

Anyway, berdasarkan pengalaman pribadi, sebagai anak Sastra Inggris pasti sering banget deh ditanyain,

“Udah pernah ke luar negeri?”

dan itu annoying banget! Apalagi sama volunteer luar dari Eropa khususnya - Iyup, aku ikut aktif di salah satu NGO yang bergerak di kegiatan kesukarelawanan, jadi udah banyak dan sering banget ketemu orang-orang dari berbagai belahan benua, dan mereka pasti nanya,

“How about you? Which country have you already visited?”



Lalu kita mengungkapkan jawaban yang kebanyakan sama, soal kondisi ekonomi di Indonesia lah sehingga mengakibatkan kita susah buat jalan-jalan ke luar karena harga tiket pesawat dan blablabla mahal.

Akhirnya aku putusin buat bikin paspor. Paspor udah di tangan sejak Februari 2012 lalu. Tapi, sama sekali belum ada “rencana” dekat-dekat hari kapan mau traveling ke luar negeri. Bikin paspor atas dorongan dan motivasi direktur dari NGO dimana aku aktif gabung sebagai volunteer sejak 2011. Sewaktu aku dan teman-teman magang disana, beliau cerita panjang lebar soal pengalamannya dan bagaimana dia bisa ke berbagai Negara - seriusan ini! banyak banget Negara yang udah di kunjungi.



Lalu seperti biasa, memotivasi dan terakhir bilang,

“Ayo buat passport, kesempatan buat keluar negeri terbuka lebar. Biarpun belum tau berangkat kapan yang penting kalian udah punya paspor dan pasti segalanya pasti dipermudah. Apalagi banyak banget program ke luar negeri dari NGO kita buat ngirim relawan ke luar.”

Iya, totally agree with his opinion! Jadi, emang bener banget kok, banyak banget jalan menuju “Roma” hehe - ini fakta lho, jadi kalau pengen ke luar negeri gratis, nggak cuman dari jalur beasiswa, tapi juga kamu bisa ikut kegiatan kesukarelawan di luar.



Daaaann pada akhirnya, beberapa bulan kemudian secara tidak terduga dengan kenekatan kita, bulan September udah beli tiket aja tuh hahaha. Aku bagian jadi “travel agent” mereka. Begadang sampai jam 4 subuh, dengan hape di tangan dan selalu siap sedia di depan laptop berburu tiket murah yang lagi promo dari Air Asia.

Mereka: “Udah, kita semua ikut kamu Na…”

Aku : “Okay, kita di Singapura 8 hari ya. Pulang-pergi dari Jogja-Singapur. Booked! Email sent!!”

Jadi, syukur Alhamdulillah paspor ku di beri kesempatan oleh Allah untuk merasakan manisnya kena stempel imigrasi tepat satu tahun lebih tiga bulan seteah hari lahirnya Hehehe. Dan aku yakin, masih banyak destinasi-destinasi luar yang menunggu ku dan si Hijau, sebelum dia ganti dengan yang baru tentunya.

passport updated

Ini kisah si Hijau ku, kalau kamu?